Bijeh. com | Nasional – Realitas yang mengkhawatirkan dalam hal penanganan bencana. Indonesia menghadapi bencana rata-rata terus meningkat, dari 1.619 kejadian pada tahun 2011 menjadi 5.400 di tahun 2023, anggaran kebencanaan negara terus membengkak. Jika tren ini tidak segera diubah, Indonesia diproyeksikan akan mengalami lebih dari 9.000 bencana setiap tahun pada akhir masa pemerintahan Prabowo-Gibran pada 2028, dan biaya penanganan bencana dapat mencapai lebih dari 10 triliun rupiah per tahun.
Meskipun angka ini mengejutkan, alokasi anggaran kebencanaan nasional tetap timpang, berdasarkan laporan BNPB dalam tiga tahun terakhir, sekitar 90% anggaran dialokasikan untuk penanganan darurat dan pemulihan, sedangkan hanya 10% yang dialokasikan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana.
Mengapa Perlu Meningkatkan Investasi pada Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana?
Investasi dalam pencegahan dan pengurangan risiko bencana tidak hanya berdampak positif pada anggaran, tetapi juga memberikan perlindungan terhadap masyarakat dan lingkungan. Berikut adalah alasan utama mengapa alokasi anggaran untuk pencegahan bencana sangat diperlukan:
Efisiensi biaya jangka panjang: Mengalihkan fokus anggaran ke pencegahan akan mengurangi beban biaya jangka panjang, karena setiap rupiah yang diinvestasikan dalam pencegahan dapat menekan biaya tanggap darurat dan pemulihan yang jauh lebih besar.
Perlindungan terhadap infrastruktur dan ekonomi: Infrastruktur yang rusak akibat bencana tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga memengaruhi perekonomian. Dengan berinvestasi pada pencegahan, aset penting negara bisa terlindungi, mengurangi dampak ekonomi dari bencana.
Perlindungan masyarakat rentan: Penduduk di daerah rawan bencana adalah kelompok yang paling rentan terdampak. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan kapasitas mitigasi akan melindungi masyarakat dari kerugian yang lebih besar dan membantu mereka untuk lebih siap menghadapi bencana.