Aceh Baratt |Bijeh.com_ Di GOS Meulaboh, Sabtu malam (2/8/2025), suasana tegang terasa sejak sebelum peluit dibunyikan. Kedua tim datang dengan beban yang sama: harus menang atau tersingkir dari peluang menuju PORA 2026 di Aceh Jaya. Bagi pemain Nagan Raya, ini bukan sekadar pertandingan. Ini cara mereka membuktikan diri bahwa kekalahan di laga pertama hanyalah jeda, bukan akhir.
Kick-off berbunyi, dan tempo langsung tinggi. Aceh Barat sebagai tuan rumah menyerang dengan penuh percaya diri, berharap dukungan penonton bisa jadi senjata tambahan. Namun di menit ketiga, suasana berubah. Ilham Hafid, dari jarak yang tak terduga, melepaskan tendangan keras. Bola meluncur cepat, melewati jangkauan kiper Aceh Barat. 1-0 untuk Nagan Raya—dan dari situlah segalanya berubah.
Gol itu seperti pemantik api. Nazli Mahfud menambah dua gol berikutnya pada menit ke-9 dan ke-15, menunjukkan ketajaman seorang pivot yang tahu kapan harus menghukum lawan. Menjelang akhir babak pertama, Dafaturrahman mencetak gol keempat. Skor 4-0 membuat penonton tuan rumah terdiam, sementara bangku suporter Nagan Raya pecah dalam sorak kemenangan yang terasa semakin dekat.
Babak kedua bukan lagi tentang siapa yang lebih kuat, tetapi siapa yang lebih sabar. Aceh Barat mencoba menyerang, tetapi pertahanan Nagan Raya terlalu solid. Alfa Rifiki di bawah mistar bermain tenang, mematahkan setiap peluang lawan. Dan ketika Rahmad Alfiadi menambah gol kelima di menit ke-34, kemenangan itu bukan hanya milik tim, tapi juga milik seluruh Nagan Raya yang selama ini menunggu momen seperti ini.
Ketika peluit panjang dibunyikan, angka 5-0 bukan sekadar skor. Itu simbol pembalasan atas kekalahan di laga perdana, sekaligus tiket menuju PORA 2026. Di tengah lapangan, pelukan pemain, teriakan suporter, dan wajah-wajah lelah yang dipenuhi senyum menjadi gambaran jelas bahwa malam itu, Nagan Raya pulang sebagai pemenang.
