Banda Aceh|Bijeh.com_ Pusat Riset Perubahan Iklim Aceh (ACCI) Universitas Syiah Kuala (USK) bersama konsorsium Women Research Institute (WRI) melalui dukungan EmPower II Programme bersama UNEP dan UN Women, menggelar International Expert Meeting and Discussion bertajuk “Preliminary Result on Gender and Climate Change Baseline Survey and Its Implication to Development Policy in Aceh.” Rabu 3/09/25
Acara dibuka oleh Prof. Dr. Mudatsir, M.Kes, selaku Ketua LPPM USK. Dilanjutkan dengan pengantar dari Kepala ACCI USK, Ir. Suraiya Kamaruzzaman, S.T., L.LM., M.T., yang menekankan pentingnya penelitian terkait gender dan perubahan iklim sebagai dasar penguatan kebijakan pembangunan di Aceh.
Dalam sesi presentasi, Dr. Irfan Zikri, S.P., M.A., selaku Project Manager sekaligus Sekretaris ACCI USK, memaparkan hasil awal survei baseline yang menyoroti kerentanan ganda yang dihadapi perempuan Aceh dalam menghadapi risiko iklim dan bencana.
Pertemuan ini turut menghadirkan Prof. Kenji Muroi dan Prof. Makoto Takahashi dari Nagoya University, Jepang. Keduanya memberikan tanggapan serta memaparkan hasil riset perbandingan antara wilayah Tohoku di Jepang dengan Aceh, yang memperlihatkan bagaimana pendekatan adaptasi gender dalam konteks bencana dan perubahan iklim dapat memperkaya pembelajaran lintas negara.
Selain diskusi, momen penting dari kegiatan ini adalah penandatanganan Implementation Agreement atau MoU antara ACCI USK, Nagoya University, dan Fakultas Pertanian USK. Penandatanganan ini menjadi langkah konkret dalam memperkuat kolaborasi riset internasional di bidang gender, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.
Melalui dukungan EmPower II Programme, kerja sama ini diharapkan menjadi pijakan strategis dalam membangun arah pembangunan Aceh yang lebih responsif gender, adaptif iklim, dan berkelanjutan.
